Dimana buku harianku ku?
Yang mereka sebut itu diary,
Bukan yang berwarna biru atau ungu,
Hanya abu- abu dan aku meridukannya..
Kau dengar apa yang mereka katakan tadi?
Semua terasa lucu saat semua berjalan maju,
Disisi lain mereka tidak berjalan sedang mereka berjalan,
Kami menertawakan semuanya saat itu..
Kau tahu apa yang aku punya?
Mungkin kalian tidak akan tertawa,
Tapi aku selalu tertawa,
Hingga akhirnya aku merindukan harianku yang tertulis semua
tangisku..
Jangan bertanya padaku harus kemana,
Jangan bertanya padaku harus apa,
Aku hanya seorang penyair gila yang selalu tidak tahu jalan
kedepan,
Bahkan mungkin aku hanya bodoh dan sedikit gila,
Waktu kita sudah tidak lama lagi,
Harus apa aku?
Dimana bisa aku dapatkan semuanya?
Mungkin jalan satu- satunya hanya jika nomer satu itu adalah
Dia..
Katakan padaku apa masalahmu,
Temanku hanya kertas dan alat tulis saat ini,
Temanku hanya satu dan bukan semuanya itu,
Aku hanya percaya pada mereka saat ini,
Bahkan tidak kedua orang tuaku..
Kadang aku bingung harus apa jika mengingat sebuah bulan
kedepan,
Tidak pernah mundur,
Dia terus maju bersama sepi malam,
Hingga akhirnya kita semua terbunuh oleh cekikan kata
terburu- buru..
Tuliskan saja semuanya,
Teriakan semuanya biar semua menyambut masalahmu,
Aku tertawa saat mereka menertawaiku melakukannya,
Tapi kemudian aku sadar bahwa hanya ada satu hal,
Mereka tidak pernah melakukannya,
Mereka hanya orang yang akan melupakan segalanya,
Guru kami adalah sebuah masalah yang tidak pernah habis,
Ini adalah sebuah tulisan yang selalu membuatku merasa lebih
baik,
Dan semuanya selalu tertulis di harianku yang tidak tahu
dimana…
(Ren)