Pada proses
penciptaan alam semesta, Tuhan menciptakan hewan dan tanaman sebelum
menciptakan manusia. Hal tersebut bukan tanpa sebab, mengingat segala sesuatu
yang terjadi di alam semesta ini tidak akan lepas dari kehendak dan
ketetapanNya. Salah satu ketetapanNya adalah hewan dan tanaman yang diciptakan
untuk menghidupi manusia. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan peradaban
manusia akan senantiasa tergantung pada alam semesta yang menyokong tempat
maupun makanan untuk manusia.
Indonesia adalah
negara dengan kondisi geografis yang dianugerahi kekayaan sumber daya alam luar
biasa. Salah satu sumber daya alam yang melimpah itu adalah lahan pertanian,
peternakan dan perikanan yang luas. Namun, peneliti pangan asal Institut
Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santoso justru memprediksi Indonesia akan
mengalami krisis pangan pada tahun 2017. Prediksi ini berdasarkan tingkat
konversi lahan pertanian di Indonesia yang semakin terus meningkat. Artinya,
dengan segala keberlimpahan tersebut kenapa bangsa ini jusru terancam krisis
pangan?
Atas
dasar inilah, kami Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Fajar Nusantara Jawa Barat
(DPD GAFATAR Jabar) mengusung tema “Ketahanan Dan Kemandirian Pangan Menuju Bangsa Yang Damai
Sejahtera” pada Rapat Kerja Daerah II (RAKERDA II) yang
diselenggarakan pada tanggal 7-8 Januari 2014, bertempat di Wisma Polimedia,
Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Kami selaku Ormas yang bergerak di bidang
sosial kemasyarakatan dan juga sebagai salah satu elemen bangsa bermaksud ingin
mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk sadar akan pentingnya Ketahanan dan
Kemandirian Pangan bagi keberlangsungan kehidupan bangsa di masa depan,
mengingat hari ini bangsa Indonesia masih terjajah dalam segala lini, termasuk
pangan.
Pada Sarasehan yang
dilakukan sebelum dimulainya acara RAKERDA II DPD GAFATAR Jabar, KASITER KOREM
051 Wijayakarta, Mayor ARH. Samujiyo selaku utusan Danrem 051 Wijayakarta
memberikan materi seputar Ketahanan dan Kemandirian Pangan. Mayor ARH. Samujiyo
memaparkan hal-hal terkait program ketahanan dan kemandirian pangan di
Indonesia, termasuk potensi, permasalahan, hambatan dan ‘penyakit’ yang
membentuk
karakter ‘konsumtif’
jajaran penyelenggara negara hingga masyarakatnya. Alhasil, ketergantungan
bangsa Indonesia terhadap impor komoditas pangan dari luar negeri menjadi
ancaman bangsa ke depan.
Masih dalam paparan
materi Sarasehan, Mayor ARH. Samujiyo menjelaskan situasi kerawanan pangan di
Indonesia semakin meningkat, hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya
bertambahnya jumlah penduduk hingga akhir tahun 2013 sekitar 250 juta jiwa,
konversi lahan pertanian menjadi darah industri sekitar 30.000 hingga 50.000
ha/tahun, menyempitnya lahan pertanian yang menyebabkan menurunnya produksi
pangan, sedangkan kebutuhan pangan terus meningkat. Olehnya itu, untuk
menyikapi kondisi saat ini, maka upaya penyediaan pangan perlu digulirkan.
Penyediaan pangan tersebut dapat ditempuh melalui produksi sendiri, dengan cara
mengalokasikan sumber daya alam (SDA), manajemen dan pengembangan sumber daya
manusia (SDM), serta aplikasi dan penguasaan teknologi yang optimal.
Adapula hadir Kasad
Binma Polresta Depok, Kompol. Suharto yang mewakili Kapolresta Depok memberikan
sambutan pada saat upacara penutupan tanggal 8 Januari 2014. Beliau
menyampaikan bahwa tema yang diusung sangat luar biasa, karena membahas
kebutuhan pokok yang tentu menyangkut kepentingan hidup antar sesama manusia.
Selain itu, beliau sedikit membahas perihal asas Ormas GAFATAR yang juga
menjadi asas bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
“Siapa saja yang
tidak mengakui Pancasila, silahkan pergi dari bumi Indonesia ini!”, ujarnya
penuh semangat saat memberikan sambutannya.
Beliau menambahkan
bahwa siapapun yang mampu memahami sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, maka ia mampu untuk memanusiakan manusia, sebagaiman kelanjutan di
sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Selanjutnya, Ketua
DPD GAFATAR Jabar, Kosasih D.Kom dalam sambutannya kembali menegaskan bahwa apa
yang sudah dirumuskan pada acara ini jangan hanya sebatas tekstual saja.
“Jangan sampai kita
dibenci oleh Tuhan Yang Maha Esa karena tidak mampu melakukan apa yang telah
kita rencanakan”, ujarnya memberi penegasan berkali-kali kepada seluruh
peserta.
Kosasih juga
menambahkan bahwa di tahun lalu kita mampu mengkawal deklarasi anti tawuran,
dimulai dari organisasi kita. Bahwa GAFATAR bukanlah Ormas yang identik dengan
aksi “ribu-ribut” atau tawuran, akan tetapi GAFATAR sudah identik dengan ormas
yang beraksi pada hal kebaikan dalam bentuk bakti sosial, dan itu sudah kita
buktikan di tahun lalu melalui program “Sejuta Aksi Sosial GAFATAR”.