Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan kebudayaan.
Dari ujung barat Aceh sampai dengan ujung timur Papua, Indonesia terdiri dari
berbagai macam kebudayaan- kebudayaan yang berbeda- beda. Perbedaan tersebut
tidak hanya atas satu hal tapi terdiri dari berbagai macam hal seperti bahasa,
adat, dan kepercayaan. Perbedaan- perbedaan itulah yang menjadikan Indonesia
menjadi sebuah negara yang sangat kaya dan beberapa orang menyebut bahwa Indonesia adalah negara Multi Cultural terbesar
di dunia. Tidak hanya kekayaan yang mencakup adat, bahasa, dan kepercayaan saja
yang menjadi salah satu kelebihan Indonesia dibandingkan negara- negara
lainnya. Kuliner adalah salah satu kekayaan yang ada di Indonesia. Tiap- tiap
daerah yang ada di Indonesia memiliki makanan daerah tersendiri yang menjadi
andalan bagi para wisatawan yang datang ke daerah tersebut.
Makanan adalah sebuah kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan
oleh manusia dalam kehidupannya. Dan bicara masalah makanan, salah satu makanan
yang sedang mencuat belakangan ini adalah makanan khas daerah barat Indonesia,
yaitu Aceh. Banyak orang yang sudah mengenal dan mencicipi mie Aceh yang
menjadi salah satu mie khas serambi mekah tersebut, begitu juga dengan roti cane.
Tapi siapa yang pernah mencicipi sate Aceh? Kelurahan Rawa Lumbu yang berada di
Bekasi Timur adalah salah satu tempat yang menyediakan sate Aceh. Warung sate
bung Indra adalah yang dimaksud. Warung yang baru menjual sate Aceh selama tiga
bulan ini menyediakan dua macam makanan khas Aceh seperti sate Matang khas Aceh
dan soto Aceh. Mungkin akan banyak yang bertanya, Apa sih
sate matang itu? mungkin yang akan menjadi permasalahan adalah kata matang. Matang
disini bukanlah berarti masak ataupun siap dimakan. Karena jika kita mengatakan
matang adalah seperti itu, akan ada pertanyaan lain yang akan muncul
selanjutnya. “Berarti sate- sate selain sate Aceh ga matang dong?”
Matang adalah salah satu nama daerah yang ada di Nangroe Aceh
Darussalam, daerah tersebut dikenal dengan hidangan satenya. Jika dibandingkan
dengan sate Madura yang biasanya kita temui di pinggir- pinggir jalan, sate
Aceh memiliki perbedaan yang agak mencolok. Sate Aceh berbumbu warna coklat
yang didapat dari olahan kacang. Selain masalah warna yang berbeda dengan sate-
sate yang lain, tekstur bumbu sate Aceh juga berbeda. Bumbu sate Aceh
bertekstur kasar. Kita akan menemukan kacang- kacang yang masih “berbentuk kacang” ketika kita memperhatikan
bumbu sate Aceh. Itu bukanlah sebuah kelalaian dari penyaji yang menggiling
bumbunya tidak merata seperti yang dapat dilihat di sate Madura. Tapi itu adalah
ciri khas dari sate Matang khas Aceh tersebut. Dari daging, sate matang khas Aceh ini
memiliki perbedaan dengan sate Madura yang biasa kita jumpai. Daging sate
matang khas Aceh diberi bumbu terlebih dahulu sebelum dibakar di bara api. Bumbu-
bumbu tersebut terbuat dari olahan gula merah, asam jawa, serta rempah- rempah
lainnya. Dan setelah dibumbui daging- daging tersebut dibiarkan terlebih dahulu
sebelum masuk proses penusukan kedalam bambu- bambu, hal ini berguna agar bumbu
tersebut bisa meresap masuk kedalam daging. Hal inilah yang menjadikan sate
khas Aceh ini memiliki rasa yang kaya dan berbeda dengan sate- sate yang
lainnya. Tidak berbeda dengan sate Matang, sop Matang khas Aceh juga merupakan sop khas
daerah Matang di Aceh. Secara umum, sop tersebut tidaklah jauh berbeda dengan
sop- sop lainnya di warung makan sate, hanya saja perbedaannya sop tersebut
disajikan dengan bumbu sate Matang sebagai temannya. Warung sate Matang bung
Indra tidak hanya menyediakan sate Matang Aceh dan sop Matang saja dalam
kesehariannya, tapi juga menjual makanan- makanan lain seperti soto kambing dan
tongseng. Dan untuk minuman, banyak macam minuman yang disediakan oleh warung
sate ini seperti es teh manis/ hangat, jus mentimun, es jeruk/ jeruk hangat,
dan kopi. Mungkin yang paling dinanti- nanti adalah ketika kita membicarakan masalah
harga. Harga- harga yang ditawarkan di warung sate ini tidaklah mahal dalam
artian cukup bersahabat untuk kantong kita- kita. Untuk satu porsi sate kambing
khas Matang Aceh, dijual dengan harga Rp 18.000, sedangkan untuk sop Matang khas
Aceh di jual dengan harga Rp 15.000. cukup bersahabat, bukan?
Selain menawarkan
harga yang bersahabat, warung sate yang buka setiap hari sejak oukul 16.00 WIB
sampai dengan 23.00 WIB ini juga menyediakan berbagai macam kelebihan lainnya.
Diantaranya adalah tersedianya tv flat 30’ untuk para pengunjung yang ingin
menonton tv, free layanan wifi, dan tempat makanan lesehan seperti tempat-
tempat makanan lainnya. Bagi kalian- kalian yang penasaran dengan sate matang
khas Aceh ataupun sop matang Khas Aceh, bisa langsung berkunjung ke warung sate
bung Indra yang terletak di kecamatan Rawa Lumbu kota Bekasi ini. sudah saatnya
mengenal dan mencintai makanan khas negeri sendiri. Karena jika bukan kita,
siapa lagi ?
Alamat :
Jl. Hj. Jayun, Rawa Lumbu, Bekasi Timur (samping tol timur Bekasi)
No telp :