Setiap balita rentan sekali terserang penyakit. Saat si kecil sakit, seringkali orangtua merasa bingung dan kelabakan. Salah satu langkah yang sering membuat ibu bingung adalah saat memberikan anaknya obat.
s
aat memberi obat inilah, sang ibu menghadapi situasi yang sulit. Betapa tidak! Balita seringkali meronta dan memuntahkan kembali obatnya. Padahal frekuensi meminum obat pada umumnya 1-3 kali sehari. Lalu bagaimana cara ibu menyiasatinya?
Saat meminum obat adalah saat yang tak menyenangkan bagi ibu maupun si kecil. Pasalnya, tak semua balita mudah meminum obat. Sebagian besar malah memberontak dan melakukan aksi tutup mulut begitu sendok obat didekatkan ke mulutnya. Jika ibu terus memaksa, hal ini dapat membuat si kecil trauma minum obat untuk seterusnya. Tentunya keadaan ini semakin menyulitkan.
Mengapa si kecil membenci obat? Jawabannya sangat sederhana, karena rasa obat tak enak. Pahit. Tapi ketika obat diganti dengan rasa buah, adakalanya ia tetap menolak. Mengapa demikian? Salah satu yang menjadi alasannya adalah karena si kecil dipaksa dalam meminumnya.
Jelaslah bahwa selain kesabaran, ibu juga perlu bersiasat agar si kecil tak bermusuhan dengan obat. Lalu, bagaimana menyiasatinya?
Pengaruh Orangtua
Anak sakit biasa membuat orangtua tegang. Ketegangan ini berpengaruh pada perilaku orangtua dalam memperlakukan anak yang sakit. Dalam memberikan obat, ibu sering merasa nervous sehingga tak siap menghadapi respon si kecil yang negatif. Di satu sisi, ingin si kecil lekas sembuh, namun si sisi lain khawatir anaknya menolak minum obat karena tahu rasanya pahit. Anak dapat merasakan kegelisahan ini sehingga ia pun semakin enggan menyentuh obat.
Begitu juga dengan kesabaran. Orangtua yang gelisah sering tidak sabar menerima penolakan anak. Untuk mudahnya, akhirnya si kecil di paksa atau di cekoki saja. Trauma terhadap obat pun menghinggapi si kecil. Jadi sikap si kecil terhadap obat tak lepas dari sikap orang tua menghadapi saat-saat yang sulit itu. Selain sabar, ibu juga harus menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Misalnya sendok obat, air minum, biskuit, buah, atau makanan lain untuk penawar rasa pahit. Persiapan yang baik akan membantu ibu bersikap tenang.
Setelah usia 2 tahun ke atas, ibu sudah bisa melibatkan si kecil dalam acara minum obat. Di usia ini, anak giat mengeksplorasi hal-hal baru disekelilingnya. Ibu bisa menjadikan saat minum obat sebagai acara baru yang menarik. Misalnya membiarkannya membuka tutup botol obat sendiri, menuangkan dan memasukan ke dalam mulutnya.
Tentu saja ibu masih harus mengawasinya, namun dengan melakukan segalanya sendiri ia akan merasa asyik dan menikmati aktifitas baru itu.
Menjelang usia 5 tahun, anak sudah mulai bisa diajak berpikir. Pada saat inilah orangtua menanamkan pengertian tentang obat dan kegunaannya. Ia juga sudah mampu menyimpulkan bahwa tubuhnya yang sakit bisa kembali sehat dengan meminum obat. Sejak saat itulah ia tak perlu dipaksa-paksa lagi.
Perhatikan Aturannya
Sekeras-kerasnya si kecil memberontak, ibu harus bisa lebih cerdik dalam memberikannya obat. Untuk menyiasati rasa pahit, ibu dapat mencampurnya dengan pamanis alami yang aman. Bisa madu, sirup, gula pasir, teh manis, atau susu. Yang terpenting, tambahan pemanis itu diberikan dalam porsi yang cukup, sehingga kala anak mengecap obat, ia tak merasakan pahit lagi.
Namun, jangan sekali-kali mencampur obat dengan nasi atau bubur, karena obat memiliki daya tahan tertentu. Bahkan, ada obat yang begitu dibuka harus segera diminum.
Kemudian ketika akan meminum obat, anak agak dipaksa sedikit untuk membuka mulutnya. Misalnya, minta si kecil memencet hidungnya pelan-pelan sehingga ia akan mencari udara untuk bernapas. Nah, begitu hidung dipencet, mulutnya akan membuka dan saat itulah seluruh obat dimasukan. Dengan memencet hidung juga akan mengurangi bau obat dan rasa tak enaknya.
Untuk anak usia di bawah 2 tahun, pemberian bisa dilakukan denag pipet. Selain lebih memudahkan obat tak mengenai ujung lidah, tapi langsung ke tengah atau samping lidah.
Yang juga penting untuk diperhatikan, jangan abaikan perintah “kocok sebelum diminum” dalam kemasan obat untuk anak-anak.pengocokan ini diperlukan untuk menyebarkan ramuan aktif yang ada dalam obat. Kalau tidak, dua pertiga dari dosis akan lebih lemah dibanding sepertiga yang terakhir yang begitu kuat. Hal ini tentunya dapat membahayakan kesehatan anak.
Secara umum ada beberapa kesalahan lain yang dilakukan orang tua dalam memberikan obat kepada anak-anaknya. Misalnya, takaran yang tidak pas karena menggunakan alat yang tidak sesuai. Katakan menggunakan sendok dapur, padahal seharusnya menggunakan sendok obat. Kelebihan mililiter saja berarti melebihkan dosis, sementara apabila takaran kurang pemberian obat tidak efektif.
Jika si kecil berhasil minum obatnya, jangan lupa memberikan pujian atau hadiah yang menyenangkan. Misalnya dibacakan dongeng favoritnya atau menonton film kesayangannya. Pujian ini dapat membuatnya senang dan akhirnya mau meminum obat dengan sukarela tatkala tubuh membutuhkannya.

Tips Kiat Memberi Obat pada Bayi
v  Gendonglah bayi ketika diberi obat. Posisinya, kepala berada lebih tinggi daripada badan agar si bayi tidak tersedak yang bida berakibat obat masuk ke dalam paru-paru.
v  Karena susah diam, mintalah bantuan orang dewasa untuk menenangkan bayi Anda. Kalau tidak ada orang lain, Anda bisa membungkus tangan dan tubuhnya dengan selimut agar tangan si kecil tak mengganggu Anda.
v  Jika si bayi sering memuntahkan kembali obat yang diminumnya, mintalah bantuan seseorang untuk membuka mulutnya dengan lembut. Lalu dengan lembut pula masukan obat ke dalam mulut bayi.
v  Bila menggunakan sendok, letakan sendok yang telah di sterilkan dan diisi obat pada bibir bagian bawah. Angkat sedikit sendoknya agar obat mengalir ke dalam mulutnya.
v  Bila menggunakan pipet, isilah pipet dengan sejumlah obat yang sesuai dengan petunjuk dokter. Letakan pipet obat di sudut mulut bayi dan keluarkan obat perlahan-lahan.(Rara)
Comments
0 Comments

0 komentar:

 
Top